Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Iklan Atas Judul

Kumpulan Cerpen Anak - Anak Sekolah Dasar ( SD )


Kisah antara kelinci dan kura-kura

Dahulu kala ada seekor kelinci yang memiliki kaki kuat sehingga larinya bisa sangat cepat. Karena kemampuan larinya yang sangat cepat ia pun jadi kelinci yang congkak dan sombong. Suatu hari karena tidak suka dengan sifat sombong yang dimiliki si kelinci, seekor kura-kura pun menantang kelinci untuk lomba lari.

Padahal, kura-kura adalah hewan yang jalannya lambat karena kakinya kecil dan ia pun harus menggendong rumahnya kemanapun ia pergi. Kelinci yang sombong pun setuju untuk berlomba lari dengan kura-kura. “Bagaimana bisa ia mengalahkanku dengan jalannya yang lambat begitu”, pikir kelinci. Akhirnya mereka pun sepakat menentukan jalan yang akan digunakan untuk berlari.

Perlombaan lari pun dimulai, banyak hewan yang penasaran ingin melihat hasil perlombaan unik tersebut, banyak juga yang mendukung kura-kura karena mereka juga tidak suka dengan sifat kelinci yang sombong. Si monyet pun ditunjuk untuk jadi wasitnya. Begitu lomba lari dimulai, kelinci pun langsung melesat jauh meninggalkan kura-kura.

Karena merasa masih punya banyak waktu dan jarak yang cukup jauh, belum sampai garis finish si kelinci memutuskan untuk tidur siang dulu di pinggir jalan. Di sisi lain, kura-kura terus sekuat tenaga untuk berlari sampai ke garis finish dan kelinci pun tidak sadar kalau dirinya sudah disalip kura-kura karena keasikan tidur. Akhirnya kura-kura pun memenangkan perlombaan dan membuat kelinci kaget minta ampun. Kura-kura yang menang mendapat sorak sorai dari hewan yang lain sedangkan kelinci pulang dengan tertunduk malu.

Contoh cerita pendek anak sekolah dasar di atas merupakan fabel yang memiliki pesan moral bahwa menjadi orang tidak boleh sombong dan menyepelekan lawan hanya karena memiliki satu keunggulan dibandingkan yang lainnya. Selain itu pesan moral yang juga bisa diambil adalah dari sisi kura-kura dimana meski ia sadar ia tidak bisa mengalahkan kelinci dalam hal kecepatan namun ia tidak gentar dalam menghadapi tantangan dan tidak mudah menyerah meski sejak awal hasilnya lari si kelinci bisa membuat jarak antara mereka jadi sangat jauh. Akhirnya, kerja keras dan sikap pantang menyerah yang bisa menang dan bukannya kesombongan.

Kisah antara semut dan belalang

Suatu hari di musim panas yang terik dan melelahkan, seekor semut terlihat rajin bekerja mengumpulkan makanan. Ia mencari dan mengangkut bahan makanan yang ia temukan untuk dikumpulkan dan disimpan di dalam lumbungnya.

Meski panas yang terik dan hujan yang turun membasahi tanah dan tubuhnya ia tetap bekerja dengan giat agar nanti saat musim dingin tiba semut bisa memiliki persediaan makanan yang cukup untuk bertahan hidup. Melihat hal ini si belalang menegur semut dan berkata,”Hey, Semut. Kenapa kau begitu rajin mengumpulkan makanan tanpa henti?”. Kemudian dijawab oleh semut,”Aku harus mengumpulkan banyak makanan agar saat musim dingin nanti tidak mati karena kelaparan”.

Mendengar jawaban si semut, belalang pun terbawa terbahak-bahak, katanya,”Hahahahaha kenapa repot sekali? Musim dingin masih lama!” Belalang pun berlalu sambil memakan daun yang jadi makanannya. Semut tetap bekerja dengan keras dan giat mengumpulkan makanan yang banyak, sementara sepanjang musim panas dan musim selanjutnya belalang tetap bermalas-malasan dan tidak mengumpulkan makanan untuk musim dingin di mana persediaan makanan nantinya akan sulit untuk dicari.

Sampai akhirnya musim dingin datang dan ternyata berlangsung lebih lama dibandingkan sebelumnya. Belalang pun hampir mati karena tidak punya cadangan makanan yang cukup dan minta makanan kepada semut. Semut yang baik hati tidak tega melihat belalang yang kelaparan dan mau berbagi makanan dengannya.

Pelajaran moral yang bisa diambil dari cerpen anak sekolah  dasar di atas adalah bahwa agar tidak susah nanti di waktu yang akan datang, seseorang tidak boleh bermalas-malasan. Pekerjaan yang dilakukan sedikit demi sedikit namun dikerjakan terus-terusan akan membuahkan hasil yang memuaskan dibandingkan dengan menunda pekerjaan karena merasa masih punya waktu yang banyak.

Penting untuk tidak menunda pekerjaan karena kita tidak tahu hal apa yang akan terjadi di masa depan. Pada cerita di atas, musim dingin yang datang lebih panjang dari biasanya adalah kejadian tidak terduga dan si belalang tidak bisa mengantisipasinya karena ia malas mengumpulkan makanan sejak awal.


Kisah tentang anak kambing yang cerdik

Di dalam sebuah hutan terdapat rumah kecil yang dihuni oleh ibu kambing dan anak kambingnya. Suatu hari ibu kambing harus pergi ke luar rumah untuk mengunjungi nenek kambing yang tinggal agak jauh dari rumah mereka.

Karena khawatir anaknya dimangsa oleh serigala ketika ditinggal sendirian di rumah, ibu kambing mengajari anak kambing sebuah lagu yang menjadi tanda agar anak kambing tidak membukakan pintu untuk hewan yang lainnya. Nanti jika ibu kambing sudah pulang, ibu kambing akan menyanyikan lagu tersebut sehingga si anak bisa tahu kalau ibunya sudah pulang. Setelah mengajarkan lagu tersebut si ibu kambing pun pergi ke rumah nenek kambing di tengah hutan.

Tiba-tiba, datang seekor serigala yang berniat untuk memakan anak kambing yang sendirian di rumah. Ia pun mendengar ketika ibu kambing mengajarkan lagu spesial untuk anak kambing. Untuk mengelabui si anak kambing, serigala pun bernyanyi di depan pintu menyanyikan lagu yang diajarkan oleh ibu kambing. Anak kambing yang mendengar lagu ini pun bertanya-tanya, “Apakah ibu sudah pulang? Kan ia baru keluar belum lama.” Karena curiga ia pun mengintip dari balik jendela dan mendapati ternyata bukan ibunyalah yang ada di depan pintu melainkan serigala.

Melihat hal tersebut anak kambing kemudian berteriak sekuat tenaga meminta bantuan tetangga hewan yang lain agar menolongnya. Serigala yang takut dan panik lalu pergi meninggalkan rumah kambing dan tidak jadi memangsa anak kambing.

Kisah seekor semut yang balas budi

Suatu hari di tengah hutan yang damai, ada seekor semut kecil yang hendak menyeberangi sungai untuk pulang ke rumahnya. Sungai yang akan diseberangi memiliki arus air yang cukup kencang. Dengan sangat hati-hati semut menyeberangi sungai menggunakan kakinya yang kecil, tapi di tengah sungai ia pun tergelincir oleh batu yang licin dan terbawa arus sungai yang deras. Ia pun berteriak minta tolong sekuat tenaga.

Seekor burung merpati yang kebetulan tengah terbang melintasi sungai mendengar teriakan si semut. Ia pun turun dan mengambilkan daun untuk menolong semut yang hampir tenggelam. Semut buru-buru naik ke atas daun sehingga ia pun tidak jadi tenggelam dan bisa menyeberang dengan selamat.

Beberapa hari setelah itu, semut yang sedang mencari makanan melihat seorang pemburu tengah membidik sasarannya. Ternyata yang jadi sasaran pemburu adalah burung merpati yang kemarin menolongnya. Ketika akan menembakkan senapannya, si semut pun menggigit kaki pemburu dengan kencang sehingga si pemburu kaget dan melepaskan tembakan.

Untungnya tembakannya meleset dan merpati pun bisa kabur karena mendengar suara tembakan. Burung merpati mengenali si semut yang ditolongnya di sungai telah menyelematkannya dari pemburu. Ia pun turun dan berterima kasih pada semut. Keduanya pun menjadi sahabat baik yang saling tolong menolong.

Anak Kambing yang Cerdik

Dikisahkan ada sebuah keluarga kambing yang hidup di hutan. Pada suatu ketika, ibu kambing akan pergi ke suatu tempat dan berpesan kepada anaknya untuk tidak membuka pintu untuk orang lain.

Ibu kambing mengajari anaknya sebuah lagu agar si anak tidak salah mengenali. Jika ibu yang datang maka didepan pintu akan ada yang menyanyikan lagu tersebut. Tanpa mereka sangka, ada seekor serigala yang ikut mendengarkannya.

Sesaat setelah ibu kambing pergi, datanglah seekor serigala yang lapar itu. Ia berdiri di depan pintu kemudian menyanyikan lagu yang ibu kambing tadi ajarkan. Anak kambing merasa aneh dengan kejadian ini. Ia pun membatin bahwa tidak mungkin ibunya yang baru saja pergi tapi tiba-tiba kembali. Suara yang ia dengarkan pun berbeda dari suara ibunya.

Ia merasa bimbang mau membukakan pintu atau tidak. Di tengah kebimbangannya, anak kambing memutuskan untuk mengintip lewat celah kecil di bawah pintu. Betapa terkejutnya ia ketika tahu bahwa yang ia lihat bukan sepasang kaki ibunya, melainkan kaki serigala.

Karena ketakutan, kambing kecil itu pun berteriak. Teriakannya itu membuat hewan-hewan lain berdatangan. Hal ini tentu saja membuat serigala gentar dan memutuskan untuk pergi dan tidak jadi memangsa anak kambing.

Kupu-Kupu Berhati Mulia

Di suatu pagi yang cerah, ada seekor semut sedang berjalan-jalan di taman. Dengan perasaan yang gembira, semut tersebut berkeliling taman yang indah itu dan menyapa hewan-hewan lain yang juga berada disana. Hingga matanya tertuju pada sebuah kepompong yang sedang menggantung di ranting.

Semut mendekati kepompong itu dan berkata, “Kepompong, buruk sekali nasibmu. Sudah jelek dan hanya bisa menggantung di sana, tak bisa melakukan apa-apa. Ayo turun sini dan nikmati taman yang indah ini.” Mendengar ejekan semut tersebut, kepompong memilih diam dan tak menanggapinya.

Pada suatu hari terjadilah kejadian yang tidak disangka-sangka. Saat si semut sedang berjalan mengelilingi taman, ia jatuh dalam kubangan lumpur yang terbentuk akibat hujan semalam. Dengan mngerahkan seluruh tenaganya, ia berteriak sekencang mungkin berharap ada yang menolongnya.

Tak lama kemudian, seekor kupu-kupu terbang melintas dan mendengar teriakannya. Kupu-kupu tersebut mengambil ranting dan menjulurkannya ke arah semut. “Semut, cepat pegang ranting ini erat-erat, aku akan mengangkatnya dan menyelamatkanmu,” kata kupu-kupu. Dengan sekuat tenaga akhirnya kupu-kupu berhasil mengangkat ranting itu dan berhasil menyelamatkan semut.

Kemudian semut mengucapkan terima kasih karena sudah ditolong. Tapi, alangkah terkejutnya si semut setelah mendengar pengakuan bahwa kupu-kupu yang menolongnya adalah kepompong yang pernah ejek. Semut malu dan berjanji tak akan menghina sesama makhluk Tuhan lagi.


Anak Gembala dan Serigala

Di sebuah desa, hiduplah seorang anak gembala yang bekerja pada seorang yang kaya. Tugasnya adalah untuk merawat dan menjaga domba-domba milik majikannya itu. Sang majikan berpesan apabila ada serigala datang, ia bisa berteriak sehingga orang-orang desa akan datang membantu.

Kegiatannya sehari-hari yang hanya menggembalakan domba di dekat hutan membuat si anak merasa bosan. Selagi menunggu, hal yang dilakukannya hanyalah memainkan seruling atau bermain dengan anjingnya. Hingga terbesit di pikirannya untuk melakukan suatu tindakan yang tidak terduga.

Tiba-tiba ia berteriak “Serigala, serigala! Tolong ada serigala.” Mendengar teriakan anak tersebut warga desa berdatangan dan berniat untuk membantu anak gembala. Namun, saat mendapati ternyata si anak gembala hanya bercanda dan melakukannya karena bosan, mereka pun kesal lalu kembali pulang.

Ternyata perbuatan itu tak hanya dilakukan sekali, selang beberapa hari kemudian ia melakukannya lagi. Saat mendapati si anak gembala malah tertawa terbahak-bahak, tentu saja itu membuat warga desa marah.

Pada suatu sore, segerombolan serigala benar-benar datang dan memangsa domba yang digembalakannya. Dengan ketakutan, ia berteriak minta tolong lagi. Namun kali ini tak ada warga desa yang membantu karena mereka tidak percaya pada lagi.

Akhirnya, sekumpulan serigala tersebut berhasil memangsa banyak domba dan membawanya masuk ke hutan. Kejadian tersebut membuatnya menyesal dan tak akan mengulangi perbuatannya yang sembrono lagi.

 

Pasir dan Batu

Ada dua orang sahabat sedang berjalan di padang pasir. Ketika di tengah perjalanan mereka terlibat dalam suatu perdebatan. Pertengkaran itu terjadi sampai salah satu dari mereka menampar yang lainnya.

Sahabat yang ditamapar itu tak berkata apapun tapi menuliskan suatu kata di atas pasir. Tulisan tersebut berbunyi, “hari ini teman baikku menamparku.”
Walaupun mereka bertengkar, tapi tetap melanjutkan perjalanan bersama. Saat di perjalanan mereka menemukan sebuah sumber air dan memutuskan untuk mandi. Namun malang nasib teman yang ditampar tadi, ia tergelincir dan hampir tenggelam di dalam sumber air tersebut.

Melihat itu, tentu saja teman yang menampar tadi menolongnya dan ia pun selamat. “Hari ini teman baikku menyelamatkan nyawaku,” ukirnya pada sebuah batu.

Teman yang telah menampar dan menyelamatkan nyawanya tadi bertanya, “Mengapa saat aku menyakitimu, kamu menulis di atas pasir. Sedangkan saat aku membantu, kamu mengukirnya pada batu?”

Kemudian ia menjawab, “Ketika seseorang menyakiti kita menulisnya di atas pasir agar angin dapat menerbangkannya dan hilang sehingga dapat termaafkan. Tetapi ketika seseorang melakukan hal yang baik, kita harus mengukirnya pada batu. Dimana angin tidak dapat menghapus tulisannya sehingga kita akan selalu mengingatnya.”


Kisah Badu Si Anak Rajin

Di suatu desa, hiduplah seorang anak laki-laki bernama Badu yang hanya tinggal bersama ibunya. Pagi itu Badu sedang menggembalakan kambing-kambingnya di padang rumput yang luas. Sembari menunggu kambingnya makan, Badu memnfaatkan waktunya untuk membaca buku di bawah pohon rindang.

Kemudian datanglah seorang kakek tua menghampirinya. Kakek tersebut bertanya padanya “Nak, bolehkan kakek menumpang sebentar duduk di pohon ini?” Tentu Badu mempersilahkan kakek tersebut untuk duduk, juga menawarkan minum yang ia bawa.

Badu terlihat asyik membaca buku tersebut hingga tidak menyadari jika kakek tadi memperhatikannya. “Kamu tidak sekolah, nak?” tanya si kakek lagi. Dengan raut sedikit sedih ia menjawab kalau dia tidak mempunyai uang untuk sekolah. Buku yang ia baca pun hanya pinjaman temannya.

Badu juga bercerita kepada kakek kalau ia ingin sukses suatu hari nanti sehingga bisa membahagiakan ibunya. Melihatnya yang tetap semangat belajar dan tidak menyerah pada keadaan membuat kakek tersebut terharu. Lalu kakek itu pun berkata,”Tetaplah giat belajar ya, nak. Ketekunanmu akan membuahkan hasil dan kamu pasti akan menjadi orang yang sukses.”

Keesokan harinya ketika Badu ingin pergi merumput, ibunya berteriak kepadanya dan mengatakan bahwa ia diterima di sebuah sekolah untuk belajar. Lalu mereka bergegas pergi ke sekolah yang dimaksud. Alangkah terkejutnya Badu ketika mengetahui bahwa kepala sekolah tersebut adalah kakek yang ditemuinya kemarin.


Dheda dan Lima Butir Kentang

Dahulu di tanah Jawa, hiduplah seorang pencari kayu bakar bernama Dheda. Dia bersama istri dan ketiga anaknya hidup sangat sederhana. Gubuknya juga sangat sederhana dan terletak di pinggir hutan.

Saat itu sedang musim hujan. Sudah seminggu hujun turun tak kunjung berhenti dan hal ini membuat Dheda bersusah hati. Pasalnya, ia tidak bisa mencari kayu bakar dan ia tidak bisa mendapatkan uang untuk makan keluarganya.

Dengan resah kemudian istrinya berkata, “Suamiku, persediaan makanan sudah sangat menipis. Kita hanya punya lima butir kentang dan itu pun tak cukup untuk makan kita sekeluarga.”

“Aku tahu, tolong bersabarlah sedikit lagi. Semoga besok tidak hujan dan aku bisa pergi ke hutan mencari kayu. Sisa kentang itu biarlah untuk anak-anak saja,” jawab Dheda.

Sore itu, ada seorang pengemis yang kedinginan dan kelaparan mengetuk rumah Dheda. Pengemis itu terlihat kelaparan dan ia pun tidak tega. Akhirnya ia memberikan lima butir kentang supaya bisa dimakan si pengemis.

Pengemis itu memakan empat butir kentang lalu berkata pada Dheda untuk membagi satu kentang yang tersisa menjadi lima. Saat ia membagi kentang tersebut, kelima irisan tersebut berubah menjadi lima buah kentang. Jika satu butir diiris lagi, maka akan bertambah terus.

Karena keajaiban tersebut kini keluarganya tidak kekurangan lagi. Bahkan, ia juga bisa membagikan kentang tersebut kepada tetangganya.


Abu Nawas Mau Terbang

Penduduk di suatu kota di salah satu negara di timur tengah sedang gempar. Pasalnya Abu Nawas mengatakan bahwa dirinya mau terbang. Hal itu tentu membuat sebagian orang percaya, tapi sebagian lagi tidak.

Berita tersebut cepat sekali menyebar hingga sampai ke telinga Raja. Untuk memastikan kebenaran berita tersebut, Raja kemudian memanggil Abu Nawas.

Setelah sampai di istana, Raja pun berkata pad Abu Nawas, “Apakah benar kau mau terbang, Abu? Berita kau mau terbang sangat heboh, bahkan hingga ke luar negeri.” Dengan lugas ia menajwab dan mengatakan memang dia mau terbang.

Lalu Raja menyuruh para prajurit untuk mengumumkannya kepada rakyat. Apabila Abu Nawas terbukti berbohong, maka ia akan dihukum mati.

Keesokan harinya, semua warga berkumpul ingin menyaksikan Abu Nawas terbang. Ia kemudian naik ke atas bangunan paling tinggi. Sesampainya di atap, ia mengepak-ngepakkan tangannya seperti mau terbang.

Penduduk pun mulai jengkel karena Abu tidak terbang seperti apa yang mereka pikirkan tetapi hanya seperti mau terbang. Raja pun juga ikut marah karena hal tersebut. Kemudian Abu Nawas meluruskan bahwa ia benar-benar tidak berbohong.

Abu Nawas memang mengatakan bahwa ia mau terbang, bukannya ia bisa terbang. Mendengar hal itu Raja tidak jadi menghukum Abu karena apa yang dikatakan memang benar adanya dan tidak berbohong.