Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Iklan Atas Judul

Contoh Dongeng : Asal Mula Kapur, Sirih, dan Pinang Cerita Rakyat Vietnam

Asal Mula Kapur, Sirih, dan Pinang

Alkisah, ribuan tahun yang lalu, di Vietnam hidup sepasang saudara
laki-laki kembar bernama Tang dan Lan. Keduanya pandai dan berwajah
tampan. Mereka hidup saling menyayangi. Kemana pun mereka pergi,
mereka selalu bersama.

Suatu ketika, ayah Tang dan Lan sakit keras. Tak ada seorang tabib
pun yang dapat menyembuhkan sang ayah, sehingga akhirnya beliau
meninggal dunia. Rasa sedih yang mendalam karena kehilangan sang
suami, menyebabkan ibu Tang dan Lan tidak mau makan, sehingga
akhirnya beliau pun jatuh sakit. Tak lama kemudian, sang ibu pun
meninggal menyusul ayah mereka. Tinggalah Tang dan Lan sebagai anak
yatim piatu.

Sepeninggal kedua orang tuanya, Tang dan Lan berpikir keras untuk
dapat menghidupi diri mereka. Akhirnya mereka mengunjungi sahabat
ayah mereka semasa hidup, yang bernama Hakim Luu. Mereka minta
kepada Hakim Luu untuk memberikan mereka pekerjaan. Sejak saat itu
mereka tinggal bersama Hakim Luu dan membantu Hakim Luu di tokonya.
Hakim Luu menyayangi Tang dan Lan seperti anaknya sendiri. Hakim Luu
memiliki seorang anak perempuan yang cerdas dan cantik. Anak ini pun
tumbuh besar bersama-sama Tang dan Lan.

Semakin dewasa, Tang dan Lan tumbuh menjadi pemuda tampan yang
baik perangainya. Mereka pekerja keras yang santun, sehingga terpikir
oleh Hakim Luu untuk menikahkan salah satu dari mereka dengan
putrinya. Kedua pemuda itu sebenarnya juga menaruh hati kepada putri
Hakim Luu, tetapi mereka tidak ingin menyakiti satu sama lain. Ketika
Hakim Luu menyerahkan keputusan kepada mereka berdua, mereka pun
saling tunjuk. Akhirnya, Hakim Luu memutuskan untuk memilih yang
lebih tua di antara mereka, yaitu Tang.

Setelah menikah, Tang sibuk dengan kehidupan rumah tangganya,
sehingga ia sering melupakan Lan. Ia lupa mengajak Lan mengobrol
dan bercerita. Lan merasa sedih dan kesepian. Suatu hari, Lan bertekad
mengembara seorang diri, meninggalkan kota, tanpa sepengetahuan
Tang dan Hakim Luu. Ia berjalan tanpa arah, ke hutan, ke gunung,
menyeberang sungai, sampai akhirnya ia tiba di pinggir sebuah pantai.
Oleh karena sangat lapar dan lelah berjalan berhari-hari, Lan jatuh
lemah, semakin lemah, dan akhirnya ia meninggal di tempat itu. Konon,
jenazahnya berubah menjadi sebuah batu yang putih.

Beberapa hari setelah kepergian Lan, Tang menyadari bahwa adiknya
tiada. Ia pun pergi mencari adik kembarnya itu. Ke hutan, ke gunung,
menyeberang sungai, tak juga ditemukan adiknya itu. Sampailah ia di
pantai yang sama. Ia pun terduduk menangis di atas sebuah batu putih,
meratapi kehilangan akan adiknya. Berhari-hari ia menangis, tanpa
makan dan minum, sampai ia pun jatuh lemah, semakin lemah, dan
akhirnya ia juga meninggal di tempat yang sama. Konon, jenazahnya
berubah menjadi sebuah pohon pinang.

Sementara, istri Tang sedih menanti kepulangan suaminya. Maka, ia pun
menyusul berjalan tak tentu arah, mencari sang suami. Sampailah ia di
pantai yang sama, menangis tak henti sambil bersandar di bawah pohon
pinang. Berhari-hari ia menangis, tanpa makan dan minum, sampai
ia pun jatuh lemah, semakin lemah, dan akhirnya ia juga meninggal di
tempat yang sama. Jenazahnya menjelma menjadi sebatang pohon sirih
yang melilit di batang pohon pinang, yang tak lain adalah jelmaan sang
suami.

Konon, begitulah asal usul terjadinya kapur, sirih, dan pinang. Tiga
manusia yang saling menyayangi, ditakdirkan untuk selalu berdekatan
dan bersama, dalam kehidupan dan setelahnya.