Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Iklan Atas Judul

Kisah Merak dan Gagak Putih Cerita Rakyat Myanmar


Konon di Myanmar, hidup dua ekor burung, yaitu Merak dan Gagak. Penampilan mereka dahulu berbeda dengan apa yang kita lihat saat ini.

Keduanya memiliki warna bulu yang sama, yaitu putih! Namun, sifat mereka sangat bertolak belakang. Merak adalah seekor burung yang rapi, bersih, serta sangat memperhatikan penampilan.

Sebaliknya Gagak makan sembarangan, jarang mandi, tidak mempedulikan  penampilan, bahkan sarangnya pun kotor. Merak sering menegur temannya itu.

 Ia khawatir dengan cara makan Gagak yang jorok dan tidak memperhatikan akibatnya bagi tubuh. Gagak memang sering makan bangkai hewan yang tergeletak di tanah. “Jangan makan makanan yang busuk, Gagak. Makanlah biji dan buah segar, itu jauh lebih baik bagi tubuhmu,” kata Merak suatu hari. Tetapi, Gagak tidak mempedulikan anjuran temannya.

Suatu sore, Gagak datang dengan tubuh kotor penuh lumpur. Sementara Merak di sore itu masih terlihat putih mengkilap. “Wah, pasti hari ini kamu menghabiskan lagi waktumu untuk mencuci bulumu dan bersolek seharian,” ujar Gagak. “Iya, dong.

Tampaknya kamu juga perlu melakukan hal itu” kata Merak. “Ayo, aku bantu kamu untuk  mencuci bulumu  agar putih kembali”  Merak menawarkan. Merak pun dengan sabar mencuci bulu Gagak. Sambil melakukannya, Merak berkata “Seandainya kita berdua memiliki bulu berwarna-warni, pasti akan lebih menarik. Kita akan menjadi burung-burung terindah di dunia. Yuk, Gagak kita bergantian mengecat bulu di tubuh kita agar indah berwarnawarni.” Walaupun tidak terlalu bersemangat, Gagak mengikuti saja ajakan temannya itu. 

Ia pun  mengecat  bulu Merak  terlebih  dahulu.  Indah  berwarna-warni! Ketika berkaca di air kolam, Merak puas sekali dengan hasil kerja Gagak. “Terima kasih, teman! Sekarang penampilanku semakin menawan”, kata Merak. Lalu, Merak siap bergantian untuk mengecat bulu tubuh Gagak. Ketika akan memulai pekerjaannya, tiba-tiba Gagak melihat ada bangkai seekor tupai mengapung di kolam. Gagak tak sabar ingin menyantap bangkai tersebut.  “Ayo, Merak. Cepatlah!” kata Gagak tak sabar. “Sabar Gagak, aku sedang memilih warna agar hasil pekerjaanku sama indahnya dengan hasil pekerjaanmu,” kata Merak. “Tak usahlah repot-repot. Cat saja buluku dengan satu warna. Hitam saja! Biar cepat selesai dan aku bisa segera makan,” seru Gagak tak sabar.