Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Iklan Atas Judul

Contoh LK.1.2 Eksplorasi Penyebab Masalah PPG Daljab PGSD


LK. 1.2 Eksplorasi Penyebab Masalah

 

No.

Masalah yang telah  diidentifikasi

Hasil eksplorasi penyebab masalah

Analisis eksplorasi penyebab masalah

1

Guru menggunakan metode pembelajaran yang relatif sama dan masih berpusat pada guru (teacher-centered) pada pembelajaran matematika di kelas 6.

 

Kajian Literatur:

 

Menurut Sudjana (dalam Aditya, 2016: 167), menyatakan “metode pembelajaran ialah cara yang dipergunakan guru dalam mengadakan hubungan dengan peserta didik pada saat berlangsungnya pengajaran”.

Sedangkan Sutikno (dalam Aditya, 2016: 167) menyatakan “metode pembelajaran adalah cara-cara menyajikan materi pelajaran yang dilakukan oleh pendidik agar terjadi proses pembelajaran pada diri peserta didik dalam upaya untuk mencapai tujuan pembelajaran”.

 

Duckworth (dalam Sukma, 2014: 3) menegaskan “pengajaran berpusat pada guru sebenarnya mencegah perkembangan pendidikan peserta didik, dimana peserta didik tidak diberi kebebasan dan tanggung jawab dalam mengembangkan pengetahuan.”

Adapun menurut Prasetya (dalam Sukma, 2014: 4) menyatakan dalam “pengajaran yang berpusat pada guru, peserta didik menjadi pasif atau tidak lebih hanya sebagai penerima pengetahuan dari guru. Peserta didik tidak mempunyai kontrol terhadap perolehan belajar mereka. Guru membuat semua keputusan mengenai kurikulum yang mencakup metode, sumber belajar, media, penilaian, dan sebagainya.”

 

 

 

Penyebab pembelajaran masih berpusat pada guru, yakni:

1.    Guru kurang terlatih dan terbiasa untuk melaksanakan pembelajaran dengan metode pembelajaran yang lebih variatif.

2.    Guru jarang menggunakan media pembelajaran.

3.    Dalam kegiatan pembelajaran masih menggunakan satu sumber belajar, sehingga peserta didik tidak memiliki sumber pengetahuan lainnya, selain dari sumber belajar yang digunakan dan penjelasan dari guru.

4.    Keaktifan dan partisipasi peserta didik masih dibatasi oleh guru.

 

2

Kegiatan pembelajaran yang dilaksanakan guru, belum berpusat pada kemampuan berpikir HOTS pada mata pelajaran IPA di kelas 6.

 

Kajian Literatur:

 

Menurut Bloom (dalam Ariyana, dkk. : 6)  pembelajaran dalam ranah kognitif terbagi menjadi 6 tingkatan sesuai dengan jenjang terendah sampai tertinggi.

Proses Kognitif sesuai dengan level kognitif Bloom terbagi 2, yaitu:

1)  LOTS, yang terdiri dari:

a.  Mengingat (C1)

b.  Memahami (C2)

c.  Menerapkan/ mengaplikasikan (C3)

2)  HOTS, yang terdiri dari:

a.  Menganalisis (C4)

b.  Menilai/ mengevaluasi (C5)

c.  Mengkreasi/ mencipta (C6)

 

 

Penyebab kegiatan pembelajaran yang dilaksanakan guru belum berpusat pada kemampuan berpikir HOTS, yaitu:

1.    Pembahasan materi yang dilaksanakan guru masih berpusat pada kemampuan berpikir LOTS.

2.    Guru berasumsi peserta didik belum mampu melaksanakan pembelajaran berbasis HOTS.

3.    Guru belum mengkaji dan belum terlatih untuk melaksanakan pembelajaran berbasis HOTS.

4.    Guru belum pernah menyajikan soal-soal berbasis HOTS pada peserta didik.

 

 

3

Dalam kegiatan menulis pada mata pelajaran Bahasa Indonesia, peserta didik belum terbiasa menggunakan huruf kapital dan tanda baca dengan benar.

 

Kajian Literatur:

 

Rusanti, Fathurohman, dan Pratiwi (2022: 401) menyatakan berdasarkan deskripsi data dan interpretasi data, penulis dapat mengemukakan simpulan yaitu:

1. Berdasarkan 12 tulisan peserta didik yang telah dianalisis pada penulisan huruf kapital, kesalahan yang paring sering dilakukan yaitu pada menulisan nama orang/alamat/bulan/instansi yang masih menggunakan huruf kecil, dan penulisan huruf kapital di tengah kalimat. Indikasinya yaitu adanya keterbiasaan dari peserta didik itu sendiri dan peserta didik tidak terlatih menulis menggunakan huruf kapital dengan baik dan benar.

 

2. Sedangkan pada tanda baca kesalahan yang sering dilakukan yaitu tanda titik diakhir kalimat, tanda koma pada kalimat yang mengandung unsur pemerincian dan dipakai di belakang keterangan yang terdapat di awal kalimat untuk menghindari salah baca. Indikasinya yaitu adanya ketidaktelitian dan ketidaktahuan peserta didik akan penempatan tanda titik dan koma.

 

3. Berdasarkan hasil wawancara terhadap guru, faktor lain yang menyebabkan peserta didik melakukan kesalahan pada penulisan huruf kapital dan tanda baca, yakni disebabkan karena motivasi belajar peserta didik rendah, respon dan sikap peserta didik yang kurang baik selama proses belajar, guru yang hanya menghandalkan metode ceramah dan lebih menekankan aspek teoretikal dari pada keterampilan praktis bahasa tulis, dan materi ajar yang kurang dipahami peserta didik.

 

 

 

 

 

Penyebab dalam kegiatan menulis peserta didik belum terbiasa menggunakan huruf kapital dan tanda baca dengan benar, yaitu:

1.     Sebagian peserta didik tidak dapat membedakan huruf kapital dengan huruf kecilnya.

2.     Peserta didik belum memahami penggunaan berbagai macam tanda baca.

3.     Peserta didik sudah terbiasa dengan gaya tulisannya.

4.     Guru belum  konsisten dalam mengevaluasi tulisan peserta didik secara keseluruhan, hanya sekedar mengkoreksi apakan jawaban sudah benar dalam soal latihan. Dan kadang memeriksa tulisan itu yang penting anak selesai menulis sesuai instruksi atau tidak.

 

4

Guru belum pernah melakukan pembelajaran dengan media yang ditampilkan melalui proyektor.

 

Kajian Literatur:

 

Apriyani (2017) menyatakan proyektor LCD merupakan perangkat alat bantu yang mampu menampilkan gambar dengan ukuran yang besar, proyektor sering digunakan untuk media presentasi.

Sanaky (dalam Apriyani, 2017: 118) menjelaskan bahwa proyektor LCD merupakan salah satu alat optik dan elektronik. Sistem optiknya efisien yang menghasilkan cahaya amat terang tanpa mematikan lampu ruangan, sehingga dapat memproyeksikan tulisan, gambar, atau tulisan dan gambar yang dapat dipancarkan dengan baik ke layar.

Dalam proses belajar mengajar guru dapat menggunakan komputer dan proyektor LCD dalam penyampaian materi kepada pembelajar. Program yang dikembangkan harus memberikan pembelajaran yang diinginkan oleh pembelajar, sehingga pada waktu guru selesai menjalankan sebuah program dia akan merasa telah belajar sesuatu.

Penyebab guru belum pernah melakukan pembelajaran dengan media yang ditampilkan melalui proyektor, yaitu:

1.  Belum tersedianya proyektor di sekolah.

2.  Belum tersedianya layar untuk menampilkan media dari proyektor, karena papan tulisnya masih berwarna hitam.

3.  Instalasi listrik pada ruangan kelas tertentu perlu diperbaiki.

 

Daftar Pustaka

(1) Aditya, Yusuf Dedy. Pengaruh Penerapan Metode Pembelajaran Resitasi Terhadap Hasil Belajar Matematika Peserta didik. Jurnal SAP Vol. 1 No. 2 Desember 2016.
alamat web: https://garuda.kemdikbud.go.id/documents/detail/180430 

(1) Sukma, Perdana Setya. Memfasiltasi Pembelajaran Berpusat pada Peserta didik. Garuda Vol 12, No 1 (2014): Volume 12 Nomor 1 Juni 2014
alamat web: http://garuda.kemdikbud.go.id/article.php?article=968119&val=1490 

(2) Ariyana, Yoki,. dkk. 2018. Buku Pegangan Pembelajaran Berorientasi pada Keterampilan Berpikir Tingkat Tinggi. Jakarta: Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.
alamat web: https://lms03-ppgdj.simpkb.id/mod/folder/view.php?id=35243

(3) Rusanti, Risa, dkk. Analisis Kesalahan Penggunaan Huruf Kapital Dan Tanda Baca Peserta didik Sekolah Dasar. Jurnal Ilmu Sosial dan Pendidikan (JISIP) Vol. 6, No. 2 Maret 2022
alamat web: http://ejournal.mandalanursa.org/index.php/JISIP/index

(4) Apriyani, Dani Dwi. Pengaruh Penggunaan Media Proyeksi Terhadap Hasil Belajar Matematika. Jurnal Formatif: Jurnal Pendidikan MIPA Vol. 7(2): 115-123, 2017
alamat web: http://dx.doi.org/10.30998/formatif.v7i2.1828